Apa2 tantangan yang dihadapi Renaissance Florence? Namun, di Florence, republik ini tidak bertahan lama karena beberapa faktor, antara lain: perselisihan ekonomi, perang dengan negara tetangga, dan konflik sipil antara keluarga yang bersaing. Keluarga saingan yang paling kuat di Renaissance Florence adalah Medici.
Ilustrasi Rasul Paulus. Foto yang tak mengenal Rasul Paulus? Beliau merupakan salah satu tokoh penting dalam Alkitab yang dipanggil oleh Yesus untuk mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa lahir di Tarsus, kota makmur di provinsi Kilikia. Rasul Paulus adalah seorang Yahudi Farisi yang juga mewarisi kewarganegaraan Romawi dari ibunya. Saulus, atau dalam nama Romawinya Paulus, hidup pada zaman Yesus. Namun sejauh yang kita ketahui, mereka berdua tidak pernah bertemu muka. Sebagai seorang pemuda, Ia adalah seorang Yahudi yang sangat fanatik, murid terkasih dari rabbi terkemuka di Paulus beranjak dewasa, ia mulai menganiaya para pengikut Yesus yang dianggapnya sebagai para penghujat Allah. Saulus mungkin bisa disebut sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas kematian Martir pertama, Stefanus, dan atas penganiayaan terhadap jemaat Pertobatan Rasul PaulusIlustrasi Rasul Paulus. Foto dalam kitab suci dijelaskan, suatu hari, Saulus sedang dalam perjalanan ke Kota Damsyik untuk menangkap para pengikut Kristus. Tiba-tiba, suatu sinar yang amat terang melingkupi dia. Ia jatuh rebah ke tanah dan menjadi buta. Ia mendengar suatu suara yang berkata, “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?”. Saulus menjawab, “Siapakah Engkau, Tuhan?”. Suara itu menjawab, “Akulah Yesus yang kau aniaya itu.”. Saulus amat kaget dan bingung. Beberapa saat kemudian Ia bertanya, “Apa yang Engkau ingin aku lakukan?”. Yesus memintanya untuk melanjutkan perjalanannya ke Damsyik dan di sana akan dikatakan kepadanya apa yang harus saat itulah, melalui kuasa Tuhan, Saulus menerima karunia percaya kepada Yesus. Dalam keadaan lemah dan gementar, Saulus mengulurkan tangannya untuk meminta pertolongan. Teman-teman seperjalanannya menuntunnya memasuki kota Damsyik. Sinar yang amat terang itu telah membutakan matanya untuk sementara waktu. Setelah buta matanya, Ia benar-benar dapat “melihat” kebenaran. Yesus telah datang secara pribadi kepadanya, berjumpa dengannya, dan mengundangnya untuk bertobat. Saulus menjadi seorang murid yang amat mengasihi Ia dibaptis, yang dipikirkannya hanyalah membantu orang-orang lain untuk mengenal serta mencintai dapat membaca kisah petualangan Rasul Paulus yang mengagumkan dalam kitab Kisah Para Rasul yang ditulis oleh Santo Lukas, dimulai pada bab sembilan. Namun, kisah yang ditulis Santo Lukas berakhir ketika Paulus tiba di Roma. Ia berada dalam tahanan rumah, menunggu diadili oleh Kaisar Nero. Seorang penulis Kristen terkenal dari zaman Gereja Purba, Tertullian, mengisahkan bahwa Paulus dibebaskan setelah pengadilannya yang pertama. Namun setelah itu, Ia dijebloskan kembali dalam penjara. Kali ini, Ia dijatuhi hukuman mati. Ia wafat sekitar tahun 67, pada masa penganiayaan yang dahsyat terhadap umat Kristen dalam pemerintahan Kaisar Nero.

Dalamskala yang sedikit lebih kecil, kita perlu memperhitungkan persamaan dan perbedaan antara rancangan Allah bagi kebudayaan di zaman Alkitab dengan rancangan-Nya bagi kebudayaan modern. Dan di dalam konteks ini, kita juga harus mempertimbangkan persamaan dan perbedaan pribadi antara penerima asli Alkitab dan pembaca modern.

Bahasa yang Digunakan pada Kitab Injil, Foto Pixabay Kitab Injil mengacu pada keempat kitab pertama di dalam Alkitab Perjanjian Baru menurut iman Kristen. Bahasa yang digunakan pada Kitab Injil adalah bahasa Aram dan bahasa Yunani Koine Yunani Kuno.Sejarah Penerjemahan Bahasa yang Digunakan pada Kitab Injil Bahasa yang Digunakan pada Kitab Injil, Foto Pixabay Kata "Injil" berasal dari bahasa Arab, yaitu Ingil, yang diturunkan dari bahasa Yunani, yaitu euangelion yang berarti 'Kabar Baik' atau 'Berita Kesukaan'.Di dalam bahasa Inggris, Injil disebut Gospel, yang berasal dari bahasa Inggris Kuno, yaitu gōd-spell yang berarti 'Kabar Baik'.Dilansir dari buku The Four Gospel & The Great Commission, Thomas Hwang, 202114, keempat Kitab Injil yang merupakan pembuka dari Alkitab Perjanjian Baru ditulis olehMarkus sekitar tahun 50-an sampai akhir tahun 60-anMatius sekitar tahun 50-70-anLukas sekitar tahun 59-63Yohanes sekitar tahun 85 sampai mendekati tahun 100Setelah para rasul memberitakan Injil ke berbagai wilayah yang jauh, Alkitab pun diterjemahkan ke dalam berbagai macam bahasa dan merupakan buku yang paling banyak diterjemahkan di dunia. Setidaknya 1 kitab di dalam Alkitab sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari 2700 bahasa di dunia, termasuk 680 bahasa di Afrika, 590 bahasa di Asia, 420 bahasa di Oseania, 420 bahasa di Amerika Latin dan Karibia, 210 bahasa di Eropa, dan 75 bahasa di Amerika tersedia lengkap atau sebagian bagi 98% di dalam bahasa ibu di seluruh dunia. United Bible Society mengumumkan bahwa per tanggal 31 Desember 2007, Alkitab telah tersedia di dalam 438 bahasa, 123 di antaranya meliputi deuterokanonika di samping Perjanjian Lama dan Perjanjian secara terpisah, Alkitab tersedia di dalam 1168 bahasa dan di dalam bagian-bagian khusus tersedia di dalam 848 bahasa Alkitab ke dalam bahasa Indonesia sendiri dimulai pada awal abad ke-17, ketika orang-orang Portugis dan Belanda menginjakkan kaki ke wilayah Nusantara. Sampai sekarang, setidaknya sudah ada 22 versi lengkap Alkitab yang pernah diterjemahkan ke dalam bahasa itu, Alkitab di dalam bentuk sebagian saja telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 100 bahasa daerah di walaupun bahasa yang digunakan pada Kitab Injil awalnya adalah Aram dan Yunani Koine, tetapi Injil bersama kitab-kitab lainnya di dalam Alkitab kini tersedia di dalam ratusan bahasa di dunia. BRP

TanpaAlkitab, penginjilan dunia bukan hanya tidak mungkin melainkan sesungguhnya tidak dapat dibayangkan. Alkitablah yang meletakkan kepada kita tanggung jawab untuk menginjili dunia, memberikan kita Injil untuk dikabarkan, mengatakan kepada kita bagaimana mengabarkannya dan menjanjikan kepada kita bahwa Injil itu adalah kekuatan Allah bagi

Inta Official Writer Bangsa Israel yang sering kita baca dalam Alkitab itu ternyata pernah mengalami masa-masa mengerikan yang tertulis dalam sejarah suatu bangsa, lho. Bersama dengan Fakta Alkitab dari JC Channel, kita akan membahas soal fakta-fakta kejatuhan Bangsa Israel. Lewat artikel ini, kita akan diajak plesiran mengenai pembiangan Bangsa Israel dari jaman Daniel, kemudian ke jaman Nazi Jerman, sampai akhirnya negara ini bisa merdeka. Penasaran? Yuk kita ulik sekarang. Masih ingat dengan Raja Daud? Raja Daud merupakan raja yang mengalami kejayaan lewat kemampuannya yang bisa menyatukan kerajaan Yehuda dan Israel. Sayangnya, karena kebejatan yang dilakukan oleh para penerusnya di hadapan Tuhan, kejayaan ini hanya berlangsung sampai Raja Salomo. Di tahun 750 SEBELUM MASEHI kerajaan Raja Israel Salomo berakhir, kerajaan terpecah menjadi Israel di utara dan Yehuda di selatan. 722 SM, Israel Utara dihancurkan oleh Asyur nama dahulu dari Babel Raja Yosia memiliki tiga orang anak yang bernama Elyakim yang kemudian berganti nama jadi Yoyakim, Yoahas, dan Zedekia. Raja Yosia meninggal pada umurnya yang ke 39 tahun, pada tahun 609 SM. Dia meninggal dalam pertempurannya dengan Mesir. Setelah penguburan Raja Yosia di Yerusalem, rakyat negeri itu menjemput Yoahas, yang merupakan anak dari Raja Yosia dan mengangkatnya menjadi raja di tahun 609 SM. Padahal, Yoyakim merupakan anak yang seharusnya menjadi raja, mengingat kalau dirinya adalah anak sulung dari Raja Yosia. Pada saat itu, Yerusalem punya dua partai yang saling berlawanan pro Mesir dan pro Asyur. Kedua calon raja itu kemudian dari kubu yang berlain. Yoahas ada di pihak pro Asyur, sementara Yoyakim pro Mesir. Saat Yoahas menjadi raja, ia tidak seperti ayahnya. Dituliskan bahwa ia melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, seperti yang dilakukan oleh nenek moyangnya terdahulu. Ia meniadakan sistem pemerintahan teokratis yang telah dibangun oleh Yosia. Apa yang dibangun oleh ayahnya dihancurkan oleh Yoahas dalam hitungan bulan saja. Karena Yoahas datang dari kubu yang pro Asyur, hanya tiga bulan setelah masa pemerintahannya. Firaun Nekho kemudian memecat dan menawan Yoahas. Firaun Nekho mengurung dia di Ribla, di tanah Hamat, supaya Yoahas tidak lagi memerintah di Yerusalem. Setelah membuat Yoahas, Firaun Nekho mengangkat kakaknya, Elyakim Yoyakhim menjadi raja Yehuda yang membebani bangsa Yehuda untuk membayar upeti. Yoahas ditawan oleh Nekho, dan dibawa ke Mesir. Ia tiba di Mesir dan mati di sana. Masa pemerintahan Yoyakim Di tahun ke-4 Yoyakim memerintah sekitar 609-598 SM, Yerusalem diserang oleh Nebukadnezar II. Di tahun 605 SM merupakan awal mula dari pembungan pertama, dimana orang-orang yang pintar dan terpandang termasuk Daniel dan teman-temannya ikut diasingkan. Yoyakim kemudian mati dan ia digantikan oleh anaknya, Yoyakhin. Pengepungan Yerusalem terus terjadi. Pemerintahan Yoyakhin pun hanya berlangsung selama 3 bulan 10 hari. Di tanggal 16 Maret 597 SM, terjadi pembuangan kedua besar-besaran, dimana Raja Yoyakhin dan keluarganya ikut diasingkan. Bahkan, nabi Yehezkiel pun ada di dalam pembungan ini. Raja Nebukadnezar II mengangkat Zedekia menjadi raja Yehuda. Zedekia merupakan putra bungsu dari Yosia, ia dinobatkan ketika keponakannya, Yoyakhin, diturunkan dari takhta dan dibawa ke Babel bersama dengan putra-putra terbaik dari kerajaan Yehuda. Nabi Yeremia maupun Yehezkiel tampaknya hanya memandang Yoyakhin sebagai raja Yehuda terakhir yang sah. Masa pemerintahan Raja Zedekia Raja Zedekia mengadakan pemberontakan kepada Babel, dan meminta bantuan dari Firaun Mesir. Pemberontakan tersebut membuatkan pengepungan oleh Negara Kasdim dan membuat bait Allah dihancurkan rata menjadi tanah. Di bulan Julia tau Agustus 586 SM, raja dan keluarganya, serta rakyat Israel diangkut lagi ke pembuangan tanah Babel, yang kemudian menjadikannya sebagai pembuangan ketiga. Jarak dari Israel dan Babel adalah sejauh 800 km. Bangsa Israel ada dalam pembuangan di tanah Babel selama beberapa puluh tahun. Raja Koresh / Cyrus Nun jauh di sana, kerajaan Persia memiliki raja baru yang kuat dan sangat berkarisma bernama Koresh atau disebut juga Cyrus. Koresh atau Kurush, nama Persianya dilahirkan sekitar tahun 576 SM di provinsi Persis kini bernama Fars yang terletak di barat daya Iran. Saat itu, daerah tersebut merupakan provinsi kerajana Media. Koresh berasal dari keturunan penguasa lokal yang merupakan bawahan dari Raja Media. Menurut suatu legenda, Koresh merupakan cucu dari Raja Media, yang dibuang karena ada ramalan buruk bahwa kelahiran akan dirinya justru akan menghancurkan Media. Bayi Koresh ini kemudian disembunyikan oleh salah seorang pengawalnya, Harpagus, dan ia memelihara bayi ini. Ramalan yang ada ternyata terbukti, bahwa Koresh dewasa kemudian menjadi raja Persia-Media. Di tanggal 5 Oktober 539 SM kalender Gregorius, atau tanggal 11 Oktober kalender Julius, Raja Belsyazar mengadakan pesta besar bagi seribu pembesarnya, seperti yang diceritakan dalam Daniel pasal 5 Dan 51. Pada waktu itu, Babilon tercancam dikepung oleh Koresh dari Persia juga sekutunya, Darius dari Media. Raja Belsyazar saat itu bertindak kurang ajar dan menentang Tuhan semesta alam dengan memerintahkan agar perkakas bait Allah dikeluarkan dari tempat penyimpanannya untuk digunakan dalam pesta tersebut. Seketika, muncul tangan yang menulis di dinding. Daniel dipanggil untuk mengartikan maksud dari tulisan tersebut. Di malam itu pula, Raja Besyazar terbunuh. Imperium neo Babilonia berakhir sudah. Tentara Persia-Media dibawah kepemimpinan Darius merebut kota tanpa harus bertempur. Kejatuhan Babel dan Kerajaan Persia-Media Pada tahun 539 SM, Babel jatuh ke tangan Persia-Media. Dari sini, kita bisa belajar kalau nggak ada yang namanya keabadian, sebab setelah hampir 70 tahun dari pembungan pertama, Babel yang besar itu bisa kalah dan direbut oleh kerajaan Persia-Media. Pada tahun 537 SM, terjadi pemulangan Bangsa Israel. Koresh yang Agung atau Cyrus II meninggal pada tahun 530 SM dan digantikan oleh anaknya, Cambyses II. Namun, usia Raja Cambyses tidak panjang, ia meninggal di tahun 522 SM tanpa memiliki anak. Ia digantikan oleh saudaranya, yaitu Raja Bardiya. Sejarah mencatat kalau akhirnya Bardiya meninggal tanpa diketahui sebabnya, meskipun ada sumber sejarah yang mengatakan bahwa Bardiya dibunuh oleh 6 orang, dimana diantaranya ada Darius yang ikut andil dalam pembunuhan tersebut. Selanjutnya kekaisaran Persia dan Media bersatu dibawah Darius I atau Darius yang Agung. Orang-orang Israel mulai dipulangkan kembali ke Yerusalem sejak pemerintahan Raja Koresh atau Cyrus II dan dilanjutkan sampai dengan masa raja Artahsasta atau sejak tahun 537 – 444 SM. Sejarah tidak berhenti, kerajaan tidak ada yang abadi. Kerajaan Persia Media runtuh di tahun 330 SM dan dilanjutkan dengan kekaisaran Alexander the Great, yang ternyata sudah ada dalam nubuatan di Alkitab. Dari episode kali ini, kita belajar mengenai runtuhnya kerajaan Persia-Media dan kepulangan bangsa Israel ke Yerusalem. Buat menyaksikan video lengkapnya, yuk klik link yang ada pada gambar di atas. Pada artikel berikutnya, kita akan mengetahui mengenai kejatuhan Bangsa Israel episode nubuatan peperangan terbesar. Tunggu artikel selanjutnya yaa.. Sumber JC CHANNEL Halaman 1
SejarahPerjanjian Lama adalah Sejarah Kehidupan Manusia yang Nyata. Zaman pembuangan di Babel dan kembali ke tanah Israel (kira-kira 587 sM) Seperti yang telah disinggung pada pelajaran sebelumnya bahwa sebagian besar Kitab-kitab dalam PL berisi cerita sejarah, khususnya tentang sejarah bangsa Israel. Cerita-cerita tersebut bukanlah cerita
Claudia Jessica Official Writer Pada artikel sebelumnya kita telah membahas sejarah terbentuknya Alkitab yang merupakan firman dari Allah. Kamu bisa baca di FaktaAlkitab Sejarah Alkitab, Firman Allah yang Hidup Perlu ribuan tahun untuk menghasilkan Alkitab yang ditulis dengan latar belakang yang berbeda-beda. Apakah isi Alkitab bertentangan satu dengan yang lain? Siapa yang Alkitab ceritakan di setiap isinya? Perjanjian Lama, dengan Bahasa Ibrani Sebelum ditulis, kisah–kisah tentang Allah dan hubungannya dengan manusia dikisahkan turun temurun secara lisan. Setelah manusia mengenal tulisan sekitar tahun 1800 SM, maka kisah–kisah lisan tadi mulai dituangkan dalam tulisan. Tulisan paling tua dalam Alkitab Ibrani, mungkin berasal dari tahun 1400 SM – 1300 SM. Kitab Kejadian diduga ditulis pada tahun 1400 SM pada jaman Musa. Meski ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa kitab Kejadian ditulis ulang jauh setelah Musa meninggal. Sementara kitab yang paling muda dalam Alkitab Ibrani Perjanjian Lama ditulis sekitar abad kedua SM, seperti kitab Daniel. Kita dapat perhatikan bahwa rentang waktu penulisan keseluruhaan Perjanjian Lama membutuhkan waktu tidak kurang dari 1000 tahun, yang ditulis menggunakan Bahasa Ibrani. Semua kitab dalam Perjanjian Lama ditulis sebelum kelahiran Yesus, yang mana 97% isinya ditulis dalam bahasa Ibrani dan sisanya dalam bahasa Aram, seperti beberapa bagian dalam Kitab Daniel dan Kitab Ezra. Septuaginta Awalnya, Kitab-kitab Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani. Atas permintaan Raja Ptolomeus II dari Alexandria, Mesir dan juga karena perkembangan komunitas Yahudi di luar Palestina, maka pada abad ketiga SM, para sarjana Yahudi di kota Aleksandria, menerjemahkan Alkitab Ibrani ke dalam bahasa Yunani, yang memang pada saat itu merupakan bahasa yang dipakai oleh orang Yahudi yang hidup di sekitar wilayah Laut Tengah. Alkitab terjemahan ini dikenal sebagai Septuaginta, biasanya disingkat dengan LXX yang berarti tujuh puluh. Diceritakan ada 72 sarjana Yahudi yang menerjemahkan Alkitab Ibrani ke dalam bahasa Yunani. Septuaginta ini lalu dipakai oleh orang Yahudi yang tersebar di seluruh wilayah kekuasaan Romawi. BACA JUGA Fakta Alkitab Sejarah Alkitab – Perusakan Rumah Ibadah di Zaman Alkitab Perjanjian Baru, dengan Bahasa Yunani Perjanjian Baru terdiri dari 27 kitab. Yesus dan para murid adalah orang Yahudi yang menggunakan bahasa Aram dan memakai Alkitab Ibrani. Rasul Paulus dan jemaat Kristen mula–mula menggunakan bahasa Yunani. Kedua puluh tujuh kitab yang sekarang ada dalam Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani yang merupakan bahasa resmi kekaisaran Romawi saat itu. Kitab I Tesalonika adalah kitab paling tua dalam Perjanjian Baru, yang diperkirakan ditulis pada tahun 50 M oleh Rasul Paulus. Sementara kitab-kitab Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes ditulis antara tahun 60 M sampai dengan tahun 100 M. Bahasa Aram di zaman Yesus BACA HALAMAN SELANJUTNYA ->Bahasa Aram di zaman Yesus Pada zaman Yesus, orang-orang Yahudi di Palestina umumnya berbicara dengan bahasa Aram, sedangkan bahasa Ibrani hanya digunakan oleh kalangan khusus dan untuk kepentingan ibadat. Sedangkan bahasa Yunani merupakan bahasa yang umum dipergunakan di wilayah Mediterania. Maka tak mengherankan bahwa Alkitab yang dipergunakan oleh para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru adalah Alkitab terjemahan dalam Bahasa Yunani. Semua kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis sejak awal dalam bahasa Yunani. Karena itu, Kanon Kitab Suci Septuaginta-lah yang dipakai Gereja Katolik sebagai Kanon Perjanjian Lama. Kanon Alkitab Alkitab yang kita kenal saat ini, pada awalnya merupakan tulisan-tulisan yang terpisah-pisah berdasarkan rentang waktu dan jaman penulisannya. Alkitab bertumbuh sebagai bagian dari proses seleksi yang disebut kanonisasi, berasal dari kata “kanon”. Kata kanon secara harfiah memiliki arti gelagah atau buluh. Dalam dunia kuno, gelagah digunakan sebagai tongkat pengukur atau kayu penggaris untuk membuat garis yang lurus. Kanon Alkitab maksudnya adalah peraturan, standar, ukuran yang dipakai untuk menentukan kitab-kitab yang diakui diilhamkan oleh Allah sendiri. Pada tahun 367, Uskup Athanasius dari Aleksandria memberikan arti teologis pada istilah kanon. Kata ini dipakai untuk menunjuk kepada Alkitab. Oleh karena itu, kanon didefinisikan sebagai daftar naskah kitab-kitab dalam Alkitab berjumlah 66 kitab yang telah memenuhi standar peraturan-peraturan tertentu yang diterima oleh gereja Tuhan sebagai kitab-kitab Kanonik, yang diakui telah diinspirasikan oleh Allah serta memiliki otoritas penuh dan mutlak terhadap iman Kristen. Dalam Kanonisasi Alkitab akan dibagi menjadi dua bagian yakni kanonisasi Tanakh Alkitab Perjanjian Lama dan Kanonisasi Perjanjian Baru. BACA JUGA Fakta Alkitab Mengungkap Sejarah Penerjemahan Alkitab Bahasa Indonesia Dari Jaman Belanda Kanon Alkitab Perjanjian Lama Perdebatan mengenai kanon Perjanjian Lama sangat sedikit dibandingkan dengan Perjanjian Baru. Orang-percaya yang berbahasa Ibrani mengenali utusan-utusan Allah, dan menerima tulisan-tulisan mereka sebagai diilhamkan oleh Tuhan. Ada beberapa hal yang bisa dijadikan rujukan landasan pengkanonan Perjanjian Lama, yaitu - Kanon dikaitkan dengan nubuat - Kanon dikaitkan dengan perjanjian covenant - Kanon Perjanjian Lama dipastikan melewati rujukan-rujukan Perjanjian Baru terhadapnya - Kitab dalam kanon Perjanjian Lama harus ditulis dalam bahasa Ibrani, pengecualian untuk kitab-kitab dalam Aramaik seperti Daniel pasal 2-7, dan beberapa bagian dalam kitab Ezra Ezra 48–618; 712–26. - Kemudian tulisan itu harus disahkan dengan penggunaan di kalangan komunitas Yahudi, contoh Kitab Ester dengan hari raya Purim yang memungkinkannya dimasukkan dalam kanon. Di samping itu, tulisan itu harus mengandung salah satu tema besar dalam Yudaisme, seperti pemilihan, atau perjanjian, dan harus ditulis sebelum zaman nabi Ezra, karena dipercayai bahwa wahyu Tuhan sudah berhenti sejak saat itu. Kanon Alkitab Perjanjian Baru BACA HALAMAN SELANJUTNYA ->Kanon Alkitab Perjanjian Baru Kanonisasi Perjanjian Baru dimulai oleh bapa-bapa gereja mula-mula. Klemen dari Roma mencatat paling sedikit delapan kitab Perjanjian Baru tahun 95. Ignatius dari Antiokhia mengenali sekitar tujuh kitab tahun 115. Polikarpus, murid Rasul Yohanes, mengakui 15 kitab tahun 108. Di kemudian hari Irenaeus mencantumkan 21 kitab tahun 185. Hippolytus mengakui 22 kitab tahun 170-235. Tahun 367, Uskup Aleksandria Athanasius menyusun daftar Alkitab Perjanjian Baru dengan jumlah 27 kitab yang kita kenal sebagai kitab-kitab Perjanjian Baru dalam Alkitab. Konsili Laodikea menjelaskan bahwa hanya Perjanjian Lama bersama dengan Apokripha dan 27 kitab-kitab Perjanjian Baru yang dibaca di gereja-gereja. Konsili Hippo tahun 393 dan Konsili Kartage tahun 397 juga meneguhkan ke 27 kitab yang sama sebagai kitab-kitab yang memiliki otoritas. Ada tiga prinsip yang dimiliki konsili-konsili ini dalam menentukan apakah suatu kitab Perjanjian Baru itu betul-betul diilhamkan oleh Roh Kudus. - Pertama, apakah penulisnya adalah seorang rasul atau memiliki hubungan dekat dengan seorang rasul - Kedua, apakah kitab itu diterima secara umum oleh Tubuh Kristus, dan - Ketiga, apakah kitab itu mengandung ajaran moral yang tinggi dan nilai-nilai rohani yang mencerminkan pekerjaan Roh Kudus Rentang waktu penulisan kitab-kitab yang kita kenal dalam Alkitab kita saat ini, memakan waktu sekitar 1500 tahun dari tahun 1400 SM-100 M. Bahkan proses pembentukannya menjadi Alkitab seperti yang kita kenal saat ini, membutuhkan waktu sekitar 1800 tahun 1400 SM - 367 M. Jika bukan karena kuasa Allah yang bekerja, maka mustahil terjadi pembentukan Alkitab yang membutuhkan waktu hampir 2000 tahun lamanya. Apa yang dilakukan oleh manusia dalam proses pengumpulan kitab-kitab Alkitab tidaklah sempurna, namun Allah, dalam kedaulatanNya, tanpa memandang kebodohan dan keras kepala kita, telah membimbing Gereja mula-mula untuk mengenali kitab-kitab yang diilhamkanNya. Yang paling menakjubkan, meski proses penulisan seluruh Alkitab terbentang dalam ribuan tahun, namun jika kita membaca secara teliti keseluruhan Alkitab, terlihat sangat jelas tentang kisah kasih Allah kepada manusia yang saling bertautan dari satu kitab ke kitab lainnya. Dengan mengetahui proses pembentukan Alkitab ini, menolong kita untuk tidak mudah digoyahkan dengan pendapat yang mengatakan bahwa kitab orang Kristen yang ada saat ini telah diselewengkan. BACA JUGA FaktaAlkitab Sejarah Alkitab, Penyusunan dan Penulisan Alkitab 3/3 Sumber Halaman Tampilkan per Halaman
Dalamstudi-studi kebudayaan dengan tradisi oral, ada suatu kebebasan untuk memvariasikan sekian banyak dari kisah yang diceritakan pada saat-saat tertentu. Bagaimanapun juga, selalu tetap ada pokok-pokok yang tetap dan tidak dapat diubah, dan komunitas tersebut memiliki hak untuk campur tangan dan mengkoreksi Si Pencerita jika ia melakukan
Claudia Jessica Official Writer Tahukah kamu, bahwa saat ini agama Kristen menjadi agama dengan jumlah penganutnya mencapai 2,4 milyar di dunia. Di Indonesia sendiri ada gereja yang menurut data Kementrian Agama RI, setidaknya terdapat 28 juta lebih orang Kristen di Indonesia. Tapi dimasa gereja mula-mula, orang Kristen mengalami penganiayaan hebat bahkan banyak yang menjadi martir. Bagaimana gereja mula-mula mampu bertumbuh di masa sukar itu hingga akhirnya berita Injil masuk ke Indonesia? Yerusalem Pusat Gereja Mula-Mula Dalam pelayanan Yesus bersama murid-muridNya, Yesus pernah berjanji bahwa Ia akan mendirikan gerejaNya “Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” Matius 1618 dan dengan datangnya Roh Kudus pada hari Pentakosta Kisah 21-4, maka Gereja yang memiliki arti “kumpulan yang dipanggil keluar,” secara resmi dimulai. Setelah kematian dan kebangkitan Yesus, para Rasul diberi tugas untuk memberitakan Injil dan menceritakan tentang kabar keselamatan kepada semua orang “sampai ke ujung bumi” Mat. 2819-20, Kis. 18. Kota Yerusalem akhirnya menjadi pusat tempat dimana gereja mula-mula dimulai. Sumber sejarah utama mengenai kekristenan di abad pertama adalah kitab Kisah Para Rasul. Kitab ini menceritakan sejarah gereja Kristen awal, dimana para pengikut Yesus dengan pimpinan Roh Kudus menyebarkan Kabar Baik. Gereja Mula-mula Kisah 241-47 mencatat cara hidup gereja atau jemaat mula-mula. Orang-orang yang bertobat karena khotbah Petrus, kemudian masuk menjadi Gereja Kristus. Mereka dicatat sebagai orang-orang yang bertekun dalam pengajaran para rasul, serta mengadakan perjamuan kudus dan berdoa kepada Tuhan. Dengan cara inilah mereka terus menambah pengetahuan akan Allah dan mendapatkan kekuatan untuk dapat bertahan di dalam penganiayaan sekalipun. Menurut beberapa sumber, sejak abad pertama para pengikut Kristus mulai mengadakan ibadah bersama di hari Minggu. Referensi Alkitab tentang pertemuan bersama umat Tuhan pada hari Minggu untuk “memecah-mecahkan roti” dan pengajaran ditulis dalam Kisah Para Rasul 207. Hal ini berbeda dengan Sabat Yahudi yang dilakukan pada hari Sabtu. Lalu Para Rasul yang menjadi inisiator gereja mula-mula kemudian pergi keluar Yerusalem untuk memberitakan Injil. Siapakah para rasul itu, dan kemana mereka pergi mendirikan gereja mula-mula? Untuk lebih detailnya kalian bisa baca dalam Seri 12 Murid Yesus. Rasul Menjadi Martir Gereja pada abad pertama biasa disebut sebagai gereja pada zaman rasul-rasul. Hal ini dimulai dari hari Pentakosta sampai pada kematian rasul terakhir yaitu Rasul Yohanes. Periode Apostolik ini berlangsung kurang lebih 70 tahun, dari kira-kira tahun 30 Masehi sampai tahun 100 Masehi. Begitu banyak Rasul yang menjadi martir karena pemberitaan Injil pada era ini. BACA JUGA Turki, Tempat Lahirnya Gereja Mula-mula Yang Kini Hampir Mati. Mungkinkah Bangkit Kembali? Martir pertama dimulai dari Stefanus yang dirajam batu sampai mati. Setelah Stefanus, Rasul Yakobus anak Zebedeus dicatat menjadi martir dengan dipenggal kepalanya. Filipus juga menjadi martir setelah dipenjara dan dicambuk yang kemudian disalibkan. Lalu ada Rasul Tomas yang ditusuk dengan tombak dan dilempar ke api, Rasul Matius yang kepalanya dipancung, lalu Yakobus adik Tuhan Yesus, Rasul Andreas disalib di kayu berbentuk X, Rasul Petrus disalib terbalik, dan Rasul Paulus martir dengan dipancung. Penganiayaan terhadap gereja bukan hanya terjadi kepada para rasul, tetapi juga kepada jemaat mula-mula. Mulai dari jemaat di Yerusalem yang dicatat Kisah Para Rasul 81, sampai pada penganiayaan yang terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero. Baca halaman selanjutnya ->Begitu banyak hal mengerikan terjadi pada gereja mula-mula abad pertama. Namun disaat tantangan menekan, kekristenan justru mampu bertahan bahkan berkembang dan bertumbuh dengan cepat. Jika dilihat dari kacamata dunia, seharusnya Gereja tidak dapat bertahan sama sekali. Namun dapat dilihat kembali bahwa Tuhan Yesus sendiri yang mendirikan gereja-Nya di dunia dan mengatakan bahwa alam maut tidak akan menguasainya Matius 1618. Ini adalah jaminan yang diberikan kepada gereja-Nya dan dibuktikan kebenarannya di sepanjang sejarah gereja abad pertama. Kekristenan masuk ke Indonesia Penganiayaan Jemaat di Yerusalem di abad pertama, membuat Jemaat mula-mula tersebar di luar Yerusalem ke daerah Yudea dan Samaria. Lalu berkembang di wilayah Helenistik. Sejak abad ke-17, penjelajah-penjelajah dari Eropa menjelajahi seluruh dunia dan pada saat yang bersamaan, mereka juga membawa iman kristen. Terkadang penduduk asli yang mereka datangi dipaksa menerima iman mereka di bawah ancaman senapan, tetapi mayoritas pertobatan yang terjadi di luar Eropa adalah berkat jasa-jasa para misionaris tak bernama, baik Kristen maupun Katolik, yang tinggal dan mengajar masyarakat setempat. Di Indonesia sendiri, Injil masuk melalui jalur dagang. Dalam satu buku yang di tulis di Mesir tahun 1050 dan yang mengandung data mengenai gereja-gereja serta biara-biara Kristen di Asia pada zaman itu, dikatakan bahwa ada beberapa gedung gereja di Fansur. Mungkin Fansur itu adalah Barus di pantai barat, Sumatera Utara. Mungkin juga ada orang-orang Kristen di Jawa. Dalam abad ke-14, seorang misionaris dari barat singgah di Sumatera dua kali, tetapi bagaimanapun juga kehadiran orang-orang Kristen dari luar itu tidak meninggalkan bekas di Indonesia. Pada abad ke-16 dan 17 siar Kristen terus masuk ke Indonesia. Pelayanan misi yang dikerjakan misionaris Eropa pun menghasilkan gereja di nusantara. Jika kamu yang ingin membaca jejak Kristen pertama di Indonesia, baca Sejarah Kristen di Maluku, Awal Mula Kristen Masuk ke Indonesia. Saat ini ada puluhan ribu gereja di Indonesia dengan satu Injil yang sama. Mari kembali kepada panggilan kita sebagai Gereja milik Kristus yang sudah didirikan di atas dasar batu karang yang teguh, sehingga kita bisa meneruskan mata rantai Gereja Tuhan kepada generasi berikutnya. Anda diberkati dengan konten-konten kami? Mari dukung kami untuk terus memberkati lebih banyak orang melalui konten-konten terbaik di website ini. Yuk bergabung jadi mitra hari ini. DAFTAR Sumber jawaban channel Halaman Tampilkan per Halaman
yangterjadi yang dilakukan dengan pergerakan-pergerakan dan sebagainya mewujud dalam satu budaya. Arti dan makna budaya dalam konteks ini adalah interpretasi, aksi yang terjadi dari semua kegiatan agama tersebut. Berdasarkan hal yang demikian itu Durkheim dan Geertz (McGrath, 2007:110) sependapat bahwa agama merupakan sistem dari budaya. Suatu hari nanti pandemi ini mungkin akan berlalu, dan COVID-19 akan menjadi kenangan. Tetapi trauma—dari isolasi, menyaksikan orang-orang yang meninggal, menghadapi tekanan finansial, dan hidup dengan rasa kehilangan dan kecemasan terhadap hal yang tidak diketahui—akan terus berlanjut untuk waktu yang lama. Menurut Centers for Disease Control and Prevention Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, persentase orang dewasa Amerika dengan gejala gangguan kecemasan dan depresi baru-baru ini meningkat lebih dari 5 poin dalam jangka waktu musim panas 2020 hingga musim semi 2021. Satu dari setiap 10 orang melaporkan bahwa mereka memiliki kebutuhan perawatan kesehatan mental yang tidak terpenuhi. “Kita akan melihat tingkat trauma ini selama bertahun-tahun,” kata Nicole Martin, direktur eksekutif penyembuhan trauma di American Bible Society ABS. “Trauma ini tidak akan hilang begitu saja ketika semua orang divaksinasi dan semua orang diizinkan masuk ke dalam ruangan.” Martin dan American Bible Society ingin memenuhi kebutuhan itu dengan pemahaman Alkitab yang membahas tentang trauma, yaitu mengajarkan orang-orang tentang penyembuhan trauma dengan menggunakan Kitab Suci. Sebuah penelitian ABS baru-baru ini oleh para peneliti dari Baylor University menemukan bahwa menggabungkan pendidikan tentang praktik layanan kesehatan mental yang terbaik dengan pemahaman Alkitab dapat memberikan manfaat yang signifikan. Dalam penelitian mereka, hal ini dapat mengurangi gejala gangguan stres pascatrauma PTSD dan meningkatkan pengampunan, kasih sayang, dan kesadaran akan tujuan. “Saat Amerika mengalami krisis kesehatan mental, penelitian ini menunjukkan manfaat potensial dari perawatan yang peduli akan pentingnya iman bagi orang-orang yang mengalami trauma,” kata Robert L. Briggs, presiden dan CEO ABS. “Alkitab telah terbukti menjadi sumber yang vital bagi penyembuhan emosional, spiritual, fisik, dan mental.” Penelitian ini melihat keefektifan kurikulum ABS Healing the Wounds of Trauma Penyembuhan Luka Trauma, yang diajarkan di dalam Penjara Regional Riverside di North Prince George, Virginia. Sekelompok orang yang terdiri dari 210 pria dan wanita yang dipenjara menjadi sukarelawan untuk mengikuti program lima sesi, di mana para fasilitator terlatih membacakan dan merenungkan Kitab Suci bersama-sama dengan peserta dan memandu mereka melalui proses untuk mengenali rasa sakit mereka, membagikannya, dan membawa trauma mereka kepada salib Kristus untuk penyembuhan, sehingga mereka dapat terbebas untuk merawat diri mereka sendiri dan melayani orang lain. Para peserta menjawab pertanyaan tentang diri dan kesehatan mental mereka sebelum program, segera setelah program, satu bulan setelah program, dan tiga bulan setelah menyelesaikan program. Kelompok lain yang terdiri dari 139 orang yang dipenjara secara sukarela mengikuti survei tanpa mengikuti program kedua kelompok tersebut, peneliti menemukan bahwa program tersebut menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik. “Setiap kali seseorang mengatakan bahwa program tertentu sangat efektif berdasarkan tingkat keberhasilan peserta, mereka tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan, Dibandingkan dengan apa?” kata Byron R. Johnson, salah satu dari tiga peneliti di Institut Studi Agama Universitas Baylor yang mengerjakan penelitian tersebut. “Memiliki kelompok kontrol yang sebanding dengan kelompok eksperimental kelompok studi memungkinkan kami untuk menentukan apakah intervensi memiliki efek yang independen atau unik.” Kelompok studi tersebut dipecah menjadi 22 kelompok, 10 kelompok laki-laki dan 12 kelompok perempuan. Peserta terdiri dari sekitar setengah orang berkulit putih dan setengah orang berkulit hitam, dan berusia di antara 18 hingga 65 tahun. Sebagian besar mereka berada di penjara Virginia karena pelanggaran pembebasan bersyarat atau masa percobaan, dan mereka telah dipenjara, rata-rata, lima atau enam kali. Kelompok kontrol cukup mirip, meskipun mereka cenderung kurang kristiani, telah menikah, atau telah melakukan pelanggaran yang berat sekali. Penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok yang mengikuti program tersebut menunjukkan penurunan perasaan depresi, kecemasan, dan kemarahan, bersamaan dengan “kesedihan yang rumit,” yang mencakup penyangkalan atas peristiwa traumatis, pengaruh negatif, dan menghindari kegiatan yang terkait dengan trauma. Mereka juga mengalami depresi yang berkurang dan lebih sedikit pikiran untuk bunuh diri. Pada saat yang sama, dibandingkan dengan kelompok kontrol, orang-orang dalam kelompok studi mengalami peningkatan perasaan mau mengampuni dan belas kasih, dan melaporkan adanya peningkatan ketangguhan diri. Johnson berkata bahwa dia bersama rekan peneliti Baylor, Sung Joon Jang dan Matt Bradshaw, berharap melihat beberapa perbedaan. Tetapi mereka tidak mengantisipasi seberapa jelas hal itu, bahkan segera setelah program selesai.“Kami melihat penurunan gejala PTSD, peningkatan kesejahteraan emosional, dan perbaikan sikap terhadap Tuhan dan Alkitab,” katanya. Dampaknya mungkin tidak sejelas pada populasi umum bila dibandingkan dengan orang-orang yang dipenjara, menurut Johnson. Orang-orang yang berada di penjara biasanya mengalami lebih banyak trauma dalam hidup mereka, dan ada perbedaan demografis dan konteks yang berbeda yang membuat ekstrapolasi dari penelitian ini menjadi tidak pasti. Tetapi Johnson mengatakan kurikulum tersebut tidak dirancang khusus untuk orang yang dipenjara, dan dia berharap memahami Alkitab yang membahas tentang trauma akan memiliki dampak yang sama bagi semua orang. Heath Lambert, penulis banyak buku tentang konseling biblikal, mengatakan hal ini masuk akal jika Anda menyadari betapa Alkitab berbicara tentang trauma, isolasi, keterasingan, dan krisis. “Untuk membahas itulah, maka Alkitab ditulis,” kata Lambert, seorang profesor di Southern Baptist Theological Seminary, di Louisville, Kentucky, dan pendeta senior dari First Baptist Church of Jacksonville, Florida. “Alkitab sangat dipenuhi dengan relevansi.” Lambert telah melihat secara langsung beberapa dampak traumatis yang ditimbulkan pandemi terhadap orang-orang. Beberapa orang di gerejanya telah kehilangan orang yang dicintai. Banyak yang berhadapan dengan kesepian yang tak tertahankan—terpisah dari gereja dan keluarga mereka. “Kesepian itu mengisolasi dan sangat sulit serta melukai,” katanya. “Saya telah berbicara dengan orang-orang tersebut di telepon, dan mereka menangis.” Gereja bisa menjadi solusi praktis bagi kesepian dan isolasi, menurut Lambert. Tetapi dengan Alkitab, para pelayan Kristen juga dapat membantu orang untuk bertemu dengan Tuhan yang berdaulat, yang mengendalikan dan mencintai mereka secara pribadi. “Gereja mengatasi masalah ketakutan dengan berbicara tentang Tuhan yang besar yang menggenggam dunia,” katanya. Meskipun masih sulit untuk mengatakan apa pun secara pasti pada saat ini, Lambert mengatakan dia berharap akan ada peningkatan jumlah orang yang datang ke gereja setelah pandemi, karena mereka mencari jawaban dan ingin membantu gereja bersiap-siap, dengan materi berdasarkan Alkitab yang membantu orang berusaha melewati trauma. “Hal tersebut mengubah cara Anda berpikir,” kata Martin. “Hal tersebut mengubah cara Anda berpikir tentang rasa sakit. Hal tersebut mengubah cara Anda berpikir tentang penderitaan.” Dan meskipun penderitaan yang langsung dari pandemi ini mungkin akan segera berakhir, kebutuhan untuk mengatasi trauma tidak dimulai dengan keberadaan COVID-19 dan akan terus berlanjut lama setelahnya. “Kita semua memiliki luka. Kita semua merasakan sakit,” kata Martin. “Undangan untuk bertemu dengan Sang Penyembuh bagi yang Terluka’ melalui Alkitab memiliki kekuatan untuk mengubah hidup.” Diterjemahkan oleh Janesya S. Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, Twitter, atau Telegram. Current Issue [ This article is also available in English, 简体中文, and 繁體中文. See all of our Indonesian Bahasa Indonesia coverage. ]
Ayat Alkitab tentang kebudayaan. Dalam kehidupan di masa sekarang, kita tak bisa memisahkan kebudayaan dan agama, keduanya saling hidup berdampingan. Ada banyak cara menyikapi kebudayaan sesuai iman Kristen. Tapi tentu saja yang jelas kita tidak boleh mengikuti kebudayaan yang melanggar ketetapan agama kita
WAMENA-Gereja Masehi Advent Hari Ke Tujuh GMAHK Wilayah Pegunungan Tengah melaksanakan konferensi luar biasa, dalam rangka reformasi iman umat guna meninggalkan kebiasaan adat dan budaya yang bertentangan dengan Alkitab. Wakil Bupati Jayawijaya Marthin Yogobi menyatakan, ini akan menjadi suatu pembahasan yang sangat menarik dan cocok dengan keadaan daerah ini. Sebab, diketahui bersama bersama bahwa kehidupan masyarakat pada umumnya sangat erat dengan budaya, adat istiadat dan tradisi yang sudah turun temurun dilakukan sejak zaman nenek moyang. “Banyak hal yang kurang dipahami oleh masyarakat pada umunya tentang melakukan kebiasaan adat maupun tradisi, mana yang tidak bertentangan dan mana yang bertentangan dengan firman Tuhan, sehingga terkadang kebiasaan atau budaya serta adat-istiadat tersebut disejajarkan dengan Firman,” ungkapnya Kamis 21/10 kemarin. Ia menyatakan tidak menutup kemungkinan bahwa didalam program organisasi gereja, hingga pelaksanaan ibadah sekalipun mengandung adat maupun kebudayaan daerah setempat. Oleh karena itu, dengan adanya konferensi luar biasa ini membuat Umat GMAHK di Jayawijaya pengetahuan dan kebenaran bisa bertambah. “Saya sering mendengar dan menyaksikan banyak kegiatan-kegiatan positif yang selalu dilaksanakan oleh organisasi gereja dalam rangka pembaharuan iman umat Tuhan, secara khusus bagi generasi muda dan Saya berharap kegiatan kerohanian tersebut dapat terus dilaksanakan dan ditingkatkan, sampai semua warga Advent khususnya bahkan warga jayawijaya dapat mengalami pembaharuan iman percaya kepada Tuhan.” Jelasnya. Sementara itu dalam Konferensi Luar Biasa GMAHK Wilayah Pegunungan Tengah Papua ini melahirkan 10 poin yang harus ditinggalkan oleh umatnya, yang pertama Sebagai anggota GMAHK di Wilayah Jayawijaya dan Lapago berdasarkan pengakuan Iman atas firman Tuhan maka GMHAK meninggalkan kebiasaan secara adat dan budaya dalam kepemilikian dan memelihara serta mengkonsumsi Wam daging Babi Poin ke dua Warga GMAHK tidak melakukan tradisi “Nomat”, poin ke tiga GMAHK meninggalkan sistem pembayaran Mas Kawin dengan menggunakan ternak Babi, tetapi diganti dengan nilai uang yang disepakati kedua belah pihak. Keempat, warga GMAHK juga mewajibkan pernikahan Kudus dijalankan sesuai aturan organisasi atau menikah secara gereja. Poin ke lima budaya pertukaran SUU Noken artinya Warga GMAHK harus bisa membedakan mana noken yang bisa digunakan untuk sumbangan dan dapat disertai isinya tanpa ada imbalan, sementara untuk SUU yang digunakan untuk acara adat harus ditinggalkan. Point ke enam. anggota GMAKH dapat memberikan sumbangan duka dalam bentuk uang, beras, gula dan Susu tetapi tidak memberikan sumbangan berupa Wam, Kopi, Teh , Rokok serta barang haram lainnya bahkan tidak mengharapkan adanya sumbangan balasan. Ketujuh, anggota Jemaat GMAHK jika diundang dalam acara umum atau menghadiri acara ritual, bahkan oleh tetangganya sedapatnya umat dapat membedakan acara ritual yang perlu untuk memberikan sumbangan dan mana yang tidak. Poin ke delapan umat GMAHK dengan tegas tidak akan mengkonsumsi masakan bakar batu yang proses masaknya bercampur antara ayam dengan daging Wam dalam satu kolam. Poin kesembilan Umat GMAHK yang membuka usaha jual beli dalam bentuk kios, toko atau dalam bentuk lainnya wajib menunjukkan iman percaya dengan tidak menjual rokok, pinang ataupun barang -barang dagangan lainnya yang bertentangan dengan iman dan kesehatan umat. Kesepuluh, sebagai umat GMAHK bersama -sama saling membantu dan meringankan beban keluarga yang membutuhkan baik biaya, doa melalui sumbangan sukarela dalam bentuk lainnya. Jo/tri WAMENA-Gereja Masehi Advent Hari Ke Tujuh GMAHK Wilayah Pegunungan Tengah melaksanakan konferensi luar biasa, dalam rangka reformasi iman umat guna meninggalkan kebiasaan adat dan budaya yang bertentangan dengan Alkitab. Wakil Bupati Jayawijaya Marthin Yogobi menyatakan, ini akan menjadi suatu pembahasan yang sangat menarik dan cocok dengan keadaan daerah ini. Sebab, diketahui bersama bersama bahwa kehidupan masyarakat pada umumnya sangat erat dengan budaya, adat istiadat dan tradisi yang sudah turun temurun dilakukan sejak zaman nenek moyang. “Banyak hal yang kurang dipahami oleh masyarakat pada umunya tentang melakukan kebiasaan adat maupun tradisi, mana yang tidak bertentangan dan mana yang bertentangan dengan firman Tuhan, sehingga terkadang kebiasaan atau budaya serta adat-istiadat tersebut disejajarkan dengan Firman,” ungkapnya Kamis 21/10 kemarin. Ia menyatakan tidak menutup kemungkinan bahwa didalam program organisasi gereja, hingga pelaksanaan ibadah sekalipun mengandung adat maupun kebudayaan daerah setempat. Oleh karena itu, dengan adanya konferensi luar biasa ini membuat Umat GMAHK di Jayawijaya pengetahuan dan kebenaran bisa bertambah. “Saya sering mendengar dan menyaksikan banyak kegiatan-kegiatan positif yang selalu dilaksanakan oleh organisasi gereja dalam rangka pembaharuan iman umat Tuhan, secara khusus bagi generasi muda dan Saya berharap kegiatan kerohanian tersebut dapat terus dilaksanakan dan ditingkatkan, sampai semua warga Advent khususnya bahkan warga jayawijaya dapat mengalami pembaharuan iman percaya kepada Tuhan.” Jelasnya. Sementara itu dalam Konferensi Luar Biasa GMAHK Wilayah Pegunungan Tengah Papua ini melahirkan 10 poin yang harus ditinggalkan oleh umatnya, yang pertama Sebagai anggota GMAHK di Wilayah Jayawijaya dan Lapago berdasarkan pengakuan Iman atas firman Tuhan maka GMHAK meninggalkan kebiasaan secara adat dan budaya dalam kepemilikian dan memelihara serta mengkonsumsi Wam daging Babi Poin ke dua Warga GMAHK tidak melakukan tradisi “Nomat”, poin ke tiga GMAHK meninggalkan sistem pembayaran Mas Kawin dengan menggunakan ternak Babi, tetapi diganti dengan nilai uang yang disepakati kedua belah pihak. Keempat, warga GMAHK juga mewajibkan pernikahan Kudus dijalankan sesuai aturan organisasi atau menikah secara gereja. Poin ke lima budaya pertukaran SUU Noken artinya Warga GMAHK harus bisa membedakan mana noken yang bisa digunakan untuk sumbangan dan dapat disertai isinya tanpa ada imbalan, sementara untuk SUU yang digunakan untuk acara adat harus ditinggalkan. Point ke enam. anggota GMAKH dapat memberikan sumbangan duka dalam bentuk uang, beras, gula dan Susu tetapi tidak memberikan sumbangan berupa Wam, Kopi, Teh , Rokok serta barang haram lainnya bahkan tidak mengharapkan adanya sumbangan balasan. Ketujuh, anggota Jemaat GMAHK jika diundang dalam acara umum atau menghadiri acara ritual, bahkan oleh tetangganya sedapatnya umat dapat membedakan acara ritual yang perlu untuk memberikan sumbangan dan mana yang tidak. Poin ke delapan umat GMAHK dengan tegas tidak akan mengkonsumsi masakan bakar batu yang proses masaknya bercampur antara ayam dengan daging Wam dalam satu kolam. Poin kesembilan Umat GMAHK yang membuka usaha jual beli dalam bentuk kios, toko atau dalam bentuk lainnya wajib menunjukkan iman percaya dengan tidak menjual rokok, pinang ataupun barang -barang dagangan lainnya yang bertentangan dengan iman dan kesehatan umat. Kesepuluh, sebagai umat GMAHK bersama -sama saling membantu dan meringankan beban keluarga yang membutuhkan baik biaya, doa melalui sumbangan sukarela dalam bentuk lainnya. Jo/tri efpwW.
  • 6g4h4i67up.pages.dev/254
  • 6g4h4i67up.pages.dev/106
  • 6g4h4i67up.pages.dev/290
  • 6g4h4i67up.pages.dev/147
  • 6g4h4i67up.pages.dev/42
  • 6g4h4i67up.pages.dev/328
  • 6g4h4i67up.pages.dev/367
  • 6g4h4i67up.pages.dev/116
  • 6g4h4i67up.pages.dev/85
  • kebudayaan di dalam alkitab telah dimulai pada saat